Menyajikan Berbagai Berita, Peristiwa dan Informasi di Seputar Kota Kabupaten Blora dan Sekitarnya

Sabtu, 17 November 2018

Brem Kelor Siap Ekspor ke Afrika Selatan

Pemilik Moringa Organik Indonesia di Desa Ngawenombo, Blora, Jawa Tengah, Aa Dudi Krisnadi di samping sejumlah produk olahan dari tanaman kelor, Minggu (18/11)(SuaraBlora.site)



Blora, SUARA BLORA ~ Diversifikasi makanan bergizi berbahan kelor (Moringa oleifera), tengah naik daun. Berbagai makanan olahan berbahan daun kelor dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah, bahkan telah diekspor ke sejumlah negara. Bahkan, dalam waktu dekat, brem kelor akan diekspor ke Afrika Selatan.

Pemilik Moringa Organik (MOI) Indonesia, Aa Dudi Krisnadi, Minggu (18/11) saat ditemui di Kampung Konservasi Kelor di Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menyebutkan, ekspor brem berbahan kelor itu sebanyak satu kontainer.

“Brem kelor bagian dari puluhan produk yang dihasilkan oleh Moringa Organik Indonesia. Bahan kelor tak hanya berasal dari perkebunan kelor di Ngawenombo tetapi juga bahan kelor diambilkan dari kebun di Magetan Jawa Timur,” ujar Dudi Krisnadi, pria kelahiran Pangandaran, Jawa Barat yang membangun MOI sejak 2015 di Kabupaten Blora.

Menurut Dudi Krisnadi, brem kelor menjadi produk terakhir yang sudah diekspor. Di bawah binaan lembaga mitra dari Jerman, produk tanaman kelor, khususnya dari pengolahan daun, sudah banyak yang diekspor ke luar negeri seperti Jerman, Timur Tengah, Afrika dan negara-negara Asia Tenggara.

Demplot rumah hijau untuk pengembangan holtikultura di pertanian hidroponik dengan pupuk organik kelor milik Moringa Organik Indonesia, yang dikembangkan Dudi Krisnadi, Minggu (18/11).
Dudi mengaku, selama ini dirinya memang berkecimpung dalam pengembangan budidaya kelor di Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak 2001. Hal itu seiring hasil penelitian sejumlah lembaga dunia yang berkecimpungan dalam bidang kesehatan dan peningkatan sumber daya manusia yakni Food and Agricultura Organization (FAO) untuk bidang pangan, dan World Health Organization (WHO). Kelor ternyata mampu menyelamatkan kehidupan banyak orang Afrika dari kekurangan gizi.

Kelor mengandung 18 macam asam amino, untuk mempercepat pemulihan dan membangun tubuh yang sehat dan memiliki daya tahan. Hal ini cocok sebagai makanan kaya nutrisi untuk warga miskin. Hasil kelor dengan kandungan terbaik saat ini baru dihasilkan dari kebun di daerah Blora.

Manager kebun tanaman kelor di Desa Ngawenombo, Blora, Jateng, Bambang Heru di tengah sebagian lahan kelor seluas 3 hektar

Di Desa Ngawenombo ini, Dudi Krisnadi bekerjasama dengan Bambang Heru dan Agus, seorang pengusaha lokal mengembangkan tanaman kelor di lahan yang berada di tengah kawasan hutan jati dengan luas lahan tiga hektar. Untuk menampung hasil panen daun kelor itu, tersedia dua unit mesin pengering berkapasitas 200 kilogram. Hasil daun kelor yang kering kemudian diolah berbagai macam produk mulai dari coklat, brem, minyak untuk bahan kosmetik sampai pupuk organik. Produk kelor dari desa ini diolah untuk kategori food (makanan), feed (pangan), dan fertilizer (pupuk).

Tanaman kelor bisa dipanen sepanjang tahun. Setiap kali panen melibatkan lebih dari 50 warga desa, terutama kaum perempuan sebagai bagian upaya pemberdayaan warga setempat. Warga desa yang tinggal di kawasan tepi hutan itu juga diajari cara mengolah kelor untuk makanan maupun bahan pangan seperti dodol, brem, dan coklat.


Aneka produk hasil olahan Moringa Organik Indonesia, yang kini mendunia karena kerap jadi obyek studi peminat tanaman kelor dari luar negeri maupun dalam negeri.
Salah satu manager lapangan di perkebunan kelor MOI, Bambang Heru mengemukakan, tanaman kelor yang dikembangkan telah diatur dan dibonsai sehingga pohonnya tidak tinggi. Rata-rata hanya 1,5 meter, sehingga hamparan kebun justru mirip kebun teh. Hal itu diterapkan supaya daun, biji, dan bunga kelor mudah dipetik.

Untuk mengembangkan penelitian mengenai tanaman kelor, Dudi juga membangun Kampung Konservasi Kelor. Kampung ini menempati lahan seluas 1,5 hektar, terdiri dari pusat produksi makanan dan bahan pangan, kemudian ada puluhan rumah inap atau homestay untuk para peserta pelatihan kelor.

Selain itu ada pula rumah hijau yang berisi aneka tanaman sayuran unggul dalam konsep hidroponik, yang berkembang dari pemupukan organik kelor. Untuk kepentingan pengembangan kawasan konservasi ini, Dudi menanamkan investasi sekitar Rp 1 miliar sejak 2015. “Produk dari kelor ini sebagian untuk pasar ekspor, sebagian lagi dipasarkan dalam negeri,” ujar Dudi.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

SUARA BLORA MENYAJIKAN INFORMASI BERITA PERISTIWA SEPUTAR WILAYAH KOTA BLORA DAN SEKITARNYA

Sponsor